Selasa, 28 April 2009

Kitab al-Ghozali

Dibuat mahasiswa STAI An-Nawawi
Kitab Minhajul 'Abidin

A. Latar Belakang

Ibadah adalah buah dari imu, faedah dari umur, hasil dari usaha hamba-hamba Allah yang kuat, barang berharga dari pada pemimpin, aulia, jaln yang ditempuh oleh orang-orang yang bertaqwa, bagian untuk mereka yang mulia, yang ber-Himmah, pilihan orang-orang yang berwaspada dan jalan menuju syurga, firman Allah :
"Ini adalah ganjaran bagi kamu atas usaha kamu yang bersyukur" (Al-Insan : 22).
Melihat kenyataan bahwa manusia adalah makhluk lemah, sedangkan perubahan zaman semakin tak karuan, urusan agama mundur, kesempatan kurang, manusia dimabukkan dengan urusan dunia dan umur yang relative pendek untuk itu, kami akan memaparkan intisari dari apa yang terkandung dalam kitab Minhajul ‘Abidin sebagai intropeksi diri kita sebagai manusia yang diciptakan Allah untuk selalu bertakwa dan beribadah kepada-Nya. Dalam Minhajul ‘Abidin dibahas mengenai tahapan-tahapan ibadah yang jumlahnya ada 7 tahapan :
1. Tahapan ilmu dan makrifat.
2. Tahapan taubat.
3. Tahapan godaan.
4. Tahapan rintangan.
5. Tahapan pendorong.
6. Tahapan cacat-cacat.
7. Tahapan puji dan syukur.
Yang akan kami paparkan satu persatu dalam pembahasan kami berikut ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tahapan Ilmu dan Makrifat.
Ilmu dan ibadah adalah dua mata rantai yang saling berkait, karena pada dasarnya apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita pelajari adalah untuk ilmu dan ibadah. Adapun yang dimaksud dengan ilmu makrifat adalah, orang yang harus mengenal empat perkara :
1) Mengenal dirinya.
2) Mengenal tuhannya.
3) Mengenal dunia dan.
4) Mengenal akhirat.
Bila seseorang telah mengenal diri dan Tuhannya dunia dan akhirat, tentu akan timbul kecintaan terhadap Allah, sebagai hasil makrifat kepada-Nya.
Taat tidak akan tercapai tanpa ilmu, maka sebelum ibadah hendaklah mendahulukan ilmu. Ilmu juga dapat menimbulkan rasa takut kepada Allah SWT firman Allah :

Menurut ilmu diwajibkan bagi setiap muslim, sebagaimana sabda rosul:
"Menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap muslim".
Adapun ilmu yang diwajibkan itu adalah :
a. Ilmu Makrifat, yakni ilmu untuk mengenal Allah.
b. Ilmu Tasawuf, yakni ilmu yang berhubungan dengan ibadah batin, seperti ihklas, tawakal, dan sebagainya.
c. Ilmu Syara’, yaitu masalah halal dan haram yang merupakan rubu’ ibadah muamalah, munakahat dan jinayat.
Pendapat para ulama’ mengenai ilmu yang wajib itu berbeada-beda tetapi yang paling mendekati adalah ulama’ yang mengatakan bahwa kita harus mengetahui inti dari agama islam yaitu mengenai ketuhanan, kenabian dan mahsyar yang merupakan batasan wajib bagi ilmu yang fardu’ ain dari ilmu tauhid.
v Mengenai ketuhanan → maksudnya kita harus mengetahui bahwa kita mempunyai tuhan yang maha mengetahui, maha kuasa, maha hidup serta segala sifat sempurna yang ada pada-Nya.
v Kenabian → kita harus mengetahui dan yakin bahwa nabi Muhammad SAW adalah hamaba Allah dan utusan-Nya yang selalu benar dalam menerangkan masalah akhirat, nikmat kubur, siksa dan sebagainya.
Sedangkan yang fardhu ‘ain dapat dipelajari dari ilmu sir, yakni ilmu tasawuf. Dan hendaknya setiap individu mempelajari segala yang wajib dan yang haram dari ilmu ini yaitu mengetahui sifat-sifat hati sabar, syuruk, khauf, raja, rida, zuhud, qana’ah ikhlas dan sebagainya.
Adapun yang fardu ‘ain dapat dipelajari melalui ilmu syari’at, yakni ilmu fiqh yang membahas masalah taharah, sakit dan puasa.
2. Taubat.
Wajib bagi kita, orang-orang yang manjalankan ibadah melakukan taubat sebab diwajibkan taubat ada dua hal.
1) Agar kita taat, sebab perbuatan dosa menghalngi perbuatan taat dan menghilangkan ketauhidan, berkhidmat kepada Allah dan menghalangi kita untuk berbuat kebaikan. Bagaimana akan menghadap Allah, jika ia selalu berlumuran dengan kotoran dan najis sebagaimana hadist nabi.
"Bilamana seseorang berdusta maka menyingkirlah dua malaikat mereka tidak akan tahan bau ucapan dusta yang keluar dari mulutnya".
2) Agar ibadah kita diterima oleh Allah SWT, karena tobat merupakan inti dasar untuk diterimanya ibadah dan kedudukan ibadah seolah-olah hanya sebagai tambahan.
Guru kami mengatakan, taubat adalah meninggalkan dosa yang telah diperbuat dan dosa-dosa yang sederajat dengan itu, dengan mengagungkan Allah dan takut akan murka-Nya. Syarat taubat ada 4 :
1) Meninggalkan dosa dengan sekuat hati dan niat.
2) Menghentikan perbuatan dosa yang pernah dikerjakannya, itu adalah menjaga, bukan taubat.
3) Perbuatan dosa yang pernah dilakukannya harus setimpal atau seimbang dengan dosa yang ditinggalkan sekarang.
4) Meninggalkannya semata-mata untuk mengagungkan Allah SWT, bukan karena yang lain.
Jadi taubat adalah semata-mata takut akan murka Allah.
–( Niatan Taubat )-
Taubat yang dijalankan tanpa adanya pendahuluan akan terasa berat, oleh karena itu, dalam bertaubat ada tiga pendahuluan :
1) Menyadari bahwa dosa adalah suatu yang amat buruk.
2) Sadar dan ingat akan kerasnya hukuman dan murka Allah.
3) Menyadari dari kelemahan dan kurangnya tanaga kita untuk menahan semua itu.
Sedangkan dosa itu sendiri terbagi atas tiga bagian :
1) Dosa karena meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan oleh Allah seperti sholat.
2) Dosa antara kita dengan Allah seperti minum-minuman keras.
3) Dosa antar sesame hal itu yang paling sukar sebab timbul dari lima perkara.
1) Masalah pribadi
2) Masalah perasaan
3) Masalah kehormatan
4) Masalah harta
5) Masalah agama
3. Await (godaan atau penghalang)
Penghalang (godaan) ibadah ada empat macam :
1) Dunia dan isinya
Yang dimaksud dunia disini adalah semua yang tidak bernmanfaat untuk akhirat, adapun yang mengharuskan meninggalkna dunia adalah :
1) agar ibadah kita lurus dan banyak sebab jika kita tertarik dunia seluruh perhatian aakan tertuju padanya.
2) Zuhud, memperbanyak dan mempertinggi nilai amal.
Menurut para ulama, zuhud ada dua macam :
a) zuhud yang mampu dikerjakan oleh hamba Allah
b) zuhud yang tidak dapat dikerjakan oleh hamba Allah
zuhud yang mampu dikerjakan oleh hamba Allah ada 3 macam :
- tidak mengejar kesenangan dunia yang tidak ia miliki.
- Membagikan kesenangan dunia yang terkumpul padanya.
- Tidak menghendaki dunia dalam hatinya dan tidak mengusahakannya.

Quran


2) Mahluk Tuhan
Yang mewajibkan kita agar menjauhi mahluk ada dua perkara :
1) sebab kebnaykan mahluk akan memalingkan kita dari ibadah dengan memasukkan kebingungan-kebingungan dalam hati kita.
2) Sebab kebanyakan manusia dapat merusak ibadah yang telah kita laksanakan.
Manusia dalam hal ini terbagi menjadi dua golongan :
1) orang yang oelh manusia lain tidak dibutuhkan sama sekali, baik ilmu maupun keterangan-keterangannya yang bermanfaat. Dengan menempuh salah satu dari dua jalan :
a) pergi ke suatu empat yang sunyi guna membebaskan diri dari kewajiban dan memilih tempa yang jkauh dari pergaulan manusia.
b) Jika merasa yakin gbahwa kemadharatan pergaulan yang disebabkan membela kewajiban lebih besar dari pada meninggalkannya, maka ia dibenarkan mennggalkannya.
2) Orang-orang yang mempunyai pengikt dan ilmunya dibutuhkan oleh masyarakat. Golonan ini tidak dibenarkan mengasingkan diri dari masyarakat. Rosululloh bersabda :
Ketika bid’ah dan kesesatan telah tampak dan orang-orang alim diam membisu, maka jatuhkah kepadanya laknat Allah."
Perlu diketahui bahwa orabg orang yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam bergaul dengan masyarakat diperlukan du ahal penting :
1) Sabar atas segala penderitaan yang diperoleh dari peroleh dari pergaulan serta menganalisanya dengan cara tulus dan memohon pertolongan Allah.
2) Bagi yang mempunyai pengikut sekalipun lahirnya bergaul dengan dengan masyarakat tetapi hendaknya haitnya menyendiri.
Berziarah dan bertemu kepada para saudara seagama adalah termasuk permata ibadah yang mengandung hal-hal mulia dididi Allah serta memiliki banyak manfaat akan tetapi ada syarat-syaratnya :
a) tidak terlalu sering dan berlebih-lebihan, sabda rosul :

"Bertemulah dalam waktu-waktu tertentu, nanti engkau akan bertambah cinta:.
b) dalam berziarah perlu mematuhi yang hak dengan menjauhi riya’ dan perbuatan yang dibuat-buat.
Perkara yang memudahkan uzlah ada tiga macam :
1) menghabiskan waktu untuk beribadah.
2) Memutuskan sama sekali hubungan dengan orang lain.
3) Mengamati secara mendalam bahaya yang ditimbulkan orang lain.
3) Syaitan
Yang mewajibkan kita untuk memerangi dan menyalahkan syaitan ada dua alasan :
a) syaitan adalah nyata-nyata musuh yang menyesatkan, firman Allah surat al-Fatir : 6:
b) Sebab sudah menjadi tabi’at syaitan untuk selalu memusuhi anak cucu adam.
Untuk memerangi syaitan, menurut pendapat ulama ada 3 cara :
a) harus mengetahui segala tipu daya syaitan, sehingga dia tidak akan berani mengganggu kita.
b) Anggaplah remeh ajakan syaitan.
c) Berdzikir dengan lisan maupun hati.
4) Hawa nafsu
Kita harus waspada kepada hawanafsu karena dua perkara
a) karena hawa nafsu merupakan musuh dari dalam, bukan musuh dari luar seperti halnya syaitan.
b) Karena hawa nafsu adalah musuh yang disukai, maka manusia yang mencintainya, akan menutup mata terhadap segala keibannya.
Untuk mengalahkan nafsu syahwat terdapat tiga cara :
1) mengekang keinginan
2) dibebani dengan beribadah.
3) Berdoa dan memohon pertolongan Allah, firman Allah surat yusuf 54 :
4. Rintangan atau Awarid atau Godaan.
Adapun awarid ada 4 macam :
1) Rezeki dan tuntutan hawa nafsu, keduanya dapat diubah dengan tawakal. Untuk iru sudah seharusnya bagi setiap muslim menggantungkan diri kepada Allah di dalam urusan rizki dan tuntutan. Hal itu dikarenakan dua hal :
a) agar tntram dalam beribadah.
b) Adanya firman Allah SWT, surat al-Dzariat : 57
Berikut ini merupakan penjelasan tentang hakikat tawakal, da kewajiban seseorang dalam hubungannya dengan rezeki.
Ø Tawakal berarti mempercayakan (mewakilkan / menyerahkan) atau menyandarkan kepada Allah.
Ø Saat-saat bertawakal :
1) Tawakal mengenai dismah (nasib).
Yakni percaya kepada Allah sebab taqdir yang digariskan Allah dalam lauhul mahfudz pasti benar.
2) TAwakal dalam hal pertolongan Allah.
Percaya adanya pertolongan Allah jika kita berjang benar-benar untuk Allah, maka pasti Allah menolong kita.
3) Tawakal dalam hal rezeki.
Hal ini karena Allah telah menjamin umatnya dengan bekal yang mencukupi guna beribadah kepada Allah SWT.
Friman Allah, surat al-Thalaq : 3
4) Benteng tawakal.
Adalah mendorong seseorang bertawakal karena ingat akan jaminan Allah. Firman Allah, surat al-Jum’ah : 10
2) Bahaya-bahaya simpangan dari bahaya-bahaya utama. Untuk mengatasi hal itu tidak lain hanyalah berserah diri kepada Allah.
Menyerahkan diri kepada Allah ini dikarenakan dua sebab :
1) agar hati menjadi tenteram dan tidak gelisah. Sebab sesuatu yang samara akan membingungkan, mana yang baik da mana yang buruk.
2) Akan mendatangkan maslahat dan kebaikan. Sebab segala sesuatu jika diamamti akan samara. Banyak keburukannya, tetapi sebenarnya baik. Banyak yang menguntungkan sedang pada kenyataannya merugikan.
Sesorang yang berpura-pura mengetahui segala urusan, berani memastikan ini dan itu untuk masa depannya tanpa berserah diri kepada Allah maka ia akan menemui kecelakaan meskipun ia tidak menyadari, sebagaimana syair :
"janganlah engkau merasa umurmu akan panjang, karena lamunan seperti itu banyak membawa ajal".
Sesseorang yang berserah diri kepada Allah akan mendapat jaminan pada hari kemudian untuk menjelaskan tafwid dan hukumnya terdapat dua fasal :
1) Tempat menyerahkan segala segala sesuatu kepada Allah beserta hukumnya.
2) Arti berserah diri kepada Allah dan akhrifnya, serta lawannya.
Ø Tempat untuk berserah diri kepada Allah ada tiga bagian :
1) suatu keinginan jika hal itu tidak baik dan jahat, berarti jelas bahwa hal itu suatu keburukan seperti neraka, siksa, perbuatan itu adalah kufur, bid’ah dan maksiat.
2) Segala keinginan yang diyakini baik, juga harus diserahkan sepenuhnya kepada Allah.
3) Tempat seseorang berkeinginan untuk tafwid (menyerahkan diri kepada Allah).
Jadi tempat tafwid adalah keinginan-keinginan yan mengundang bahaya yaitu ragu-ragu adanya maslahat di dalam keinginan itu.
Ø Makna tafwid
Salah seorang guru kami mengatakan "dalam memilih mana yang lenih baik dari hal-hal yang belum pasti, hendaknya diserahkan kepada yang berhak, yakni Allah".
Berkata pula syaijh Abu Umar : "tingglkan sifat tamak (harapan yang tidak baik)."
Tamak artinya menghendaki sesuatu yang mengandung bahaya (paksaan) lawan dari tafwid adalah tamak. Dan tamak itu umumnya mempunyai dua arti :
1) berarti sama dengan raja – ada harapan baik. Misalnya menghendaki sesuatu yang tidak mengandung bahaya atau sesuatu yang mengandung bahaya tetapi dengan mengucapkan insya Allah.
2) Tamak nazmum (tercela) tamak jenis inilah yang dimaksud lawan dari tafwid sabda Rosululloh saw :
"janganlah kalian tamak sebab tamak ialah kefakiran yang abadi".
Benten tafwid adalah mengi gat baahya akibat sesuatu hal atau sadar bahwa segala sesuatuberkemungkinan rusak dan celaka.
5. Tahapan pendorong
6. Tahapan celaan atau cacat-cacat
7. Bersyukur Kepada Allah
B.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar